Kurang lebih seminggu yang lalu medsos rame dengan status sayang Ibu :), maklum emang lagi harinya, makanya rame-rame merayakan dengan ucapan terrimakasih dan sayang ke orang tua khususnya Ibu. Ada yang bilang “ga perlu lah begitu bukankah harusnya setiap hari adalah limpahan kasih sayang dari dan kepada Ibu/orangtua..? dan perayaan ini hanya “mengkerdilkan” cinta kita kepada Ibu/orangtua yang harusnya sepanjang masa bukan setahun sekali” :). Iyahh.. betul.. tapi rasa-rasanya kita manusia ini terbiasa butuh dan menciptakan yang namanya momentum. Wajarlah setahun sekali kita merayakan dengan “sedikit” perayaan special untuk manusia yang paling berjasa bagi kehidupan kita setiap manusia, Ibu/orangtua. Perhatikan dalam setiap sendi kehidupan manusia selalu ada waktu-waktu tertentu yang dianggap/dirasa lebih utama dibanding waktu lain.. Bahkan Islam pun mengajarkan terkait beberapa keutamaan waktu dibanding waktu yang lain, misal dalam setahun ada bulan yang lebih mulia dibanding bulan lain.. dalam seminggu ada hari yang lebih utama, dalam sehari ada jam-jam yang lebih utama untuk beribadah dan bermunajat dan seterusnya.
Kembali tentang ekspresi bentuk sayangnya kita kepada Ibu/orang tua. Yang menggelitik saya untuk menulis ini adalah sebuah pertanyaan, apakah bentuk ekspresi sayangnya kita yang paling mendasar yang harus kita lakukan sebagai anak kepada Ibu/orang tuanya ?, tulis status di medsos ? memberikan kado, bunga atau kue tar bertuliskan “Dear My beloved Mom, I love U all the way you are..” (hehheee lebay) atau hanya sekedar sms/telp ke mama dan ngasih tau ke beliau bahwa saya/kami sayang ke mama..? Eeemmm iyahh.. pada saat kita melakukan itu, pasti hati sang Ibu dipenuhi buncahan perasaan haru, sayang dan bangga karena telah membesarkan anak yang berbakti seperti itu. Nahh kemudian apakah itu cukup..? bagi kita yang mengimani Islam sebagai agama/jalan hidup kita rasa-saranya masih sangat kurang yahh?, kalau ekspresi kasih sayang kita hanya sebatas itu dan hanya didunia ini. Bukankah “kasih orang tua sepanjang masa”..? apakah “masa” akan berhenti setelah hilang dari kehidupan dunia..? jawabannya tidak, sungguh tidak cukup.
Ada dua point yang ingin saya renungankan pada kesempatan ini..
1. Anak menjadi musuh/beban bagi orangtuanya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ مِنْ أَزْوَٰجِكُمْ وَأَوْلَٰدِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَٱحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِن تَعْفُوا۟ وَتَصْفَحُوا۟ وَتَغْفِرُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS. At-Taghabun : 14
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. QS. Tahrim 66:6
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ, أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالَعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda : “Ketahuilah, kalian semua adalah pemimpin, dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian. Pemimpin di antara manusia dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dalam rumah tangga serta anak-anak suaminya dan dia akan ditanya tentang mereka. Budak adalah pemimpin bagi harta tuannya dan dia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah bahwa kalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang tentang kepemimpinannya” Sahih Bukhari no.2554 dan Sahih Muslim no.1829 dan yang lainnya.
Dalam surah At-taghabun:14 diatas Allah SWT memperingatkan tentang kemungkinan anak “dalam sebagian kondisi” dapat menjadi “musuh” yang mecelakakan orang tuanya. Dan pada surah Attahrim:6 Allah memerintahkan kepada pemimpin keluarga untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari apapun yang menyebabkan azab api neraka. Dan senada dengan Atahrim:6, Rasulullah SAW bersabda tentang kunsekuensi dari setiap pemimpin termasuk orang tua, yakni bertanggung jawab terhadap apa yang pimpinnya.
Dari sini kita mengambil point tentang anak yang bisa menjadi musuh/beban yang memberatkan orang tuanya. Bukankah anak adalah tanggungjawab orang tuanya selama masih dalam perwalian (belum menikah). Dan yang disetiap yang dalam perwalian/kepemimpinan/perlindungan kita akan diminta pertanggungjawabannya kelak diyaumil akhir sebagaimana hadits Rasulullah diatas. Anak bisa jadi akan menjadi beban orang tuanya tidak hanya di dunia tapi yang lebih berat adalah ketika di hari perhitungan kelak.
Mari berkaca, kita ini termasuk investasi menguntungkan atau merugikan bagi Ibu/ayah kita ? Inikah ekspresi sayangnya kita kepada mereka ?, tegakah kita ?, mampukah kita membiarkan setiap dosa, setiap kufur dan setiap maksiat yang kita lakukan akan menjadi beban yang dipikul Ibu/bapak kita, yang konon ketika di dunia disetiap tahunnya kita selalu mengirimkan ucapkan sayang dan terimaksih kepada mereka ? tapi diwaktu bersamaan dengan bangganya kita menambahkan daftar beban mereka dan menjerumuskan mereka dengan dosa-dosa yang tidak mereka lakukan dengan dosa-dosa kita..? Nauzubillah minzalik..
Note: ketika orang tua telah menunaikankewajiban dengan mendidik anak dengan Islam, dan anak masih tetap bandel sebagian ulama mengatakan orang tua tersebut berlepas tangan terhadap dosa anaknya, sebagaimana kisah Nabi Nuh AS dan Nabi Lud AS. Wallahualam..
2. Doa anak untuk orang tua nya.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
sebagian besar dari kita paham atau pernah mendengar hadits terkait amalan yang “argonya” selalu counting tidak terputus bahkan setelah manusia tersebut meninggalkan dunia salah satunya adalah doa anak-anaknya yang sholeh. Perhatikan !! yang harus digaris bawahi adalah syarat yang mendoakan, yakni anak yang sholeh.. Subhanallah.. sudahkah kita, yakinkah kita kita termasuk anak-anak yang mampu memberikan manfaat buat orang tua kita kelak dengan doa-doa kita..? bisa jadi kita sangat ingin mendoakan mereka namun karena syarat sholeh ini tidak terpenuhi maka doa-doa kita hanya bagai surat-surat cinta kita kepada Ibu/Bapak kita yang tidak pernah sampai kepada mereka, hanya karena syarat sholeh ini tidak pernah kita penuhi. Bagaimana mungkin soleh/soleha terpenuhi jika kita masih terus berbangga dengan dosa-dosa kepada Allah Azza Wajalla.. Nauzubillah minzalik..
Dan akhirnya, anak adalah investasi bagi orang tuanya. Investasi bisa menjadi baik dan bisa berwujud sangat buruk hingga berakibat bangkrut. Sungguh saudaraku.. berusahalah dalam ketaatan kita kepada Allah SWT dan RasulNya bukan hanya tentang kita hari ini dan kelak, tapi ini juga yang akan menjadi kunci bagaimana kedudukan Ibu/Bapak kita kelak dihadapan pengadilan Allah Malik yaumiddin (Tuhan yang Menguasai hari akhir).. dan inilah yang harusnya menjadi ekspresi bentuk sayangnya kita kepada mereka orangtua kita..
Ini hanya pengingat bagi saya, kedua adikku dan bagi siapa saja yang menggambil manfaat dari oretan kecil ini.
Biar kata telat, selamat hari Ibu untuk ibu-ibu hebat yang akan menantikan buah dari usaha menanamkan bibit indahnya aqidah kepada anak-anak mereka. Insya Allah..
Untuk Ibu/Bapak kami.. tetaplah bermunajat dalam Thajjud mu memohonkan hidayah untuk kami anak-anakmu yang belum mampu memenuhi kreteria sholeh/sholiha ini. Semoga AllahuRahmaniRahim senantiasa menyelubungi kalian dengan Rahmah dan RahimNya yang Agung.. aminn..aminn Allahumma aminn..